Kulineran Bali: Green Ginger

Green Ginger

Satu lagi restoran seru di daerah pantai Berawa, Canggu, Bali. Namanya Green Ginger. Konsepnya hampir sama dengan Deli Campur Asia, tapi yang ini benar-benar vegetarian.

Restoran kecil ini punya tiga lokasi duduk yang boleh dipilih sesuka hati. Lokasi pertama adalah di bagian depan dengan pemandangan jalan pantai Berawa yang tidak terlalu ramai. Lokasi kedua adalah di bagian dalam. Lokasi kedua ini kelebihannya adalah berpendingin udara. Tapi sayangnya agak sempit dan terbatas. Tempat ketiga adalah di bagian samping, agak luas, dengan pemandangan taman kecil. Kekurangannya adalah tempat ini agak banyak nyamuk.

Green Ginger

Dari segi makanan, restoran ini banyak menyajikan makanan Asia yang selalu menggunakan jahe sebagai salah satu rempah-rempahnya. Pilihan cukup banyak tapi saya sangat merekomendasikan Laksa (Rp. 50.000,-) karena sangat enak dan mengenangkan. Makanan yang sangat tidak saya rekomendasikan adalah Ramen (Rp. 50.000,-). Sangat tidak enak dan asin.

Green Ginger

Untuk minuman, yang mau gratisan boleh ambil air putih sendiri di dispenser atau kalau mau teh a la Jepang boleh juga pesan satu poci untuk tiga cangkir (Rp. 20.000,-).

Secara keseluruhan restoran kecil ini unik dan patut dicobai.

Green Ginger
Jl. Pantai Berawa
Canggu, Bali

Miracle in cell no.7

Saya bukan penggemar film atau serial TV Korea. Tapi film yang kebetulan saya tonton di festival film Balinale ini benar-benar menyentuh dan membekas di kepala saya.

Bercerita tentang seorang ayah difabel yang membesarkan anaknya dalam kesederhanaan, film ini langsung mengingatkan saya pada “I am Sam” (2001) yang dibintangi Sean Penn, sebagai Sam Dawson, seorang ayah yang oleh IMDB disebut sebagai ayah yang terbelakang mental dan Dakota Fanning, sebagai Lucy Diamond Dawson, anak Sam Dawson.

Di awal film digambarkan bagaimana hubungan ayah (Yong-Goo, yang diperankan dengan sangat apik oleh Ryu Seung-Ryong) dan anak (Ye-Seung, yang juga diperankan sangat apik oleh Kal So-Won) ini yang begitu dekat dan manis. Sang anak mencoba merawat sang ayah dan sang ayah terlihat begitu menyayangi sang anak. Film kemudian menemui pusaran konflik ketika Yong-Goo yang sangat ingin menghadiahi Ye-Seung sebuah tas sekolah bergambar tokoh anime kesukaannya dituduh melakukan pelecehan seksual dan pembunuhan terhadap seorang anak di bawah umur. Belakangan diketahui bahwa anak yang terbunuh itu adalah anak seorang petinggi polisi. Jadilah Yong-Goo ditahan di dalam penjara sambil menunggu keputusan pengadilan.

Kisah Yong-Goo di dalam penjara juga menjadi bagian yang menarik dalam film ini. Cerita ini langsung mengingatkan saya pada film “Green Mile” (1999). Yong-Goo dengan kepolosannya telah menghangatkan hati seluruh penghuni penjara bahkan sampai ke kepala penjara yang akhirnya mencoba menyelamatkan Yong-Goo dari hukuman terberat yang bisa dijatuhkan oleh pengadilan.

Film ini sungguh mengaduk-aduk emosi penonton. Dari tertawa terbahak-bahak sampai menangis tanpa bisa ditahan lagi. Sungguh film yang menakjubkan dan menghangatkan hati.

Bagi saya, film ini termasuk dalam kategori wajib tonton.

Kulineran Bali: Budokan

Budokan

Kalau disuruh menyebut restoran paling tidak enak di Bali (kalau tidak mau dibilang restoran paling tidak enak yang pernah saya cobai), maka saya akan langsung menyebut nama restoran ini. Walaupun dari luar terlihat bagus dan memang interior restoran ini sangat menarik, tapi yang namanya restoran tetap saja ujungnya adalah pada rasa makanannya.

Terletak di jalan pantai Berawa 51A, restoran ini memang unik dan menarik. Bukannya menyebut ‘international restaurant’, Budokan menyebut dirinya sebagai ‘intergalactic restaurant’. Ini saja sudah unik.

Budokan

Begitu masuk, lantai yang hanya berlapis semen, kursi dan meja kayu yang berkesan tua, menambah keunikan restoran ini. Di lantai dua, juga terdapat ruang bersantai yang penuh dengan sofa (benar-benar penuh dengan sofa). Saking penuhnya sampai-sampai ruangan di lantai dua itu terasa amat sesak (begitu juga lantai dasarnya sih).

Budokan

Dari segi makanan, restoran ini menyajikan menu-menu Asia yang sederhana. Ada Singaporean laksa (Rp. 60.000,-), Bulgogi with glass noodle (Rp. 55.000,-), dan Chicken soup with udon (Rp. 60.000,-). Sebagai catatan, karbohidrat di restoran ini boleh dipilih sendiri oleh konsumen. Pilihannya antara lain ada mie, soun, nasi, ataupun udon.

Dari semua makanan yang saya dan teman-teman coba malam itu, tidak ada satupun yang enak. Bahkan setelah kami sibuk menambahkan segala tambahan bumbu (sambal, saus tomat, lada, garam, bahkan saus hoisin sekalipun) tetap saja makanan kami tidak kunjung enak.

Dalam hal minuman, restoran ini juga menjualnya dengan harga yang keterlaluan (mengingat rasanya juga biasa saja). Sebagai contoh: teh biasa dengan campuran daun sereh dijual dengan harga Rp. 20.000,-

Pengalaman makan di restoran ini diperburuk dengan tagihan yang tidak sesuai dengan harga yang tertera di daftar menu. Tanpa pemberitahuan, ada harga makanan yang dinaikkan karena alasan karbohidrat yang kami pilih. Ini sungguh tidak profesional dan mengecewakan karena sejak awal tidak ada pemberitahuan tentang hal itu baik secara tertulis di daftar menu maupun secara lisan oleh pelayan.

Budokan

Kesimpulannya, restoran ini sungguh mendatangkan pengalaman dan mimpi buruk bagi kami semua. Beberapa teman bahkan menyebut restoran ini sebagai “Budukan”.

Budokan
Jl. Pantai Berawa 51A
Canggu – Bali

Kulineran Bali: Deli Campur Asia

Deli Campur Asia

Kali ini saya harus berterimakasih kepada Bayu Amus yang karena ajakannyalah maka saya menyempatkan mampir dan mencobai makanan di restoran yang unik dan sangat menarik ini.

Terletak di jalan Pantai Berawa 17, Kuta, papan penanda restoran kecil ini sangatlah mudah ditangkap mata. Dengan latar belakang hitam dan gambar bintang khas bendera negara komunis serta tumpukan mangkok berwarna merah, papan ini seolah menjerit untuk dilihat oleh semua orang yang melintas.

Deli Campur Asia

Suasana di restoran kecil ini sangatlah nyeni dan nyaman. Di mana-mana terlihat barang-barang kuno, mulai dari termos warna merah bergambar bunga khas pedesaan, gelas-gelas kecil bermotif bunga (juga khas pedesaan), bahkan meja dan kursinyapun mengingatkan pada acara lebaran di kampung. Pokoknya menarik banget!

Untuk makanan, tempat ini juga juara! Ada paket Bento dengan harga terjangkau, porsi besar, dan pilihan lauknya beragam. Dengan hanya Rp. 45.000,- sudah bisa memilih sekian banyak lauk atau tambah Rp. 5000 lagi untuk bisa dapat teh barley dan rosella yang boleh diisi ulang sepuasnya. Menu makanan di restoran ini harganya didasarkan pada warna stiker yang ditempel pada papan nama makanan tersebut. Berikut adalah tata cara memilih paket bento di restoran ini:

Paket Bento terdiri dari 4 pilihan. Pilihan pertama adalah: 1 lauk daging (stiker warna oranye) dan 3 lauk sayuran (stiker warna kuning). Pilihan kedua: 1 lauk daging (stiker warna hijau) dan 2 lauk sayuran (stiker warna kuning). Pilihan ketiga: 2 lauk daging (stiker warna oranye) dan 1 lauk sayuran (stiker warna kuning). Dan pilihan yang paling dahsyat adalah yang keempat: 5 lauk sayuran (stiker warna kuning). Saya bilang dahsyat karena memang lauk sayuran di restoran ini sangat menarik dan bukan sayuran biasa. Ada salad edamame, daikon + konyaku dimasak a la Jepang, dan lain-lain. Pokoknya enak, murah, dan mengenyangkan!

Deli Campur Asia

Seperti namanya, makanan di sini sebagian besar dimasak dengan cara Asia. Ada sentuhan Jepang, China, Indonesia, Vietnam, Thailand, dan negara Asia lain dalam masakan mereka. Uniknya, nasi yang mereka sediakan hanyalah nasi merah! Sehat kan!

Deli Campur Asia

Untuk minuman, saya mencobai menu latte mereka seharga Rp. 20.000,-. Berbeda dengan makanannya yang super enak itu, kopi di tempat ini bagi saya agak kurang enak. Disajikan dalam cangkir kecil, kopi ini juga dilengkapi sendok pengaduk berbahan kayu yang bagi saya agak kurang higienis karena bagaimanapun kayu menyerap cairan dan beberapa orang cenderung menjilat sendok setelah mengaduk kopi untuk mengetahui rasanya.

Minuman yang lumayan (karena harganya murah dan boleh ambil sepuasnya) adalah teh barley dan teh rosellanya. Untuk harga Rp. 5000,- rasanya saya tidak boleh protes akan rasa minuman ini.

Deli Campur Asia
Motif bantal di Deli Campur Asia

Secara keseluruhan, Deli Campur Asia patut didatangi dan dicobai makanannya!

Deli Campur Asia
Jl. Pantai Berawa 17
Kuta – Bali 80361
Telp: +62361 886 8787
E-Mail: info@campurasia.com

Silakan klik di sini untuk tulisan-tulisan khusus kuliner.

Kulineran Jakarta: Bebek Sedap Wangi & Soto Betawi Afung

Pancoran

Dulu wilayah ini adalah wilayah antah berantah bagi saya. Walaupun lama tinggal di Jakarta, tapi wilayah Jakarta Barat adalah wilayah yang tidak banyak (kalau tidak mau dibilang tidak pernah) saya jamah. Tapi sejak bertemu si sembiluan, justru sekarang tidak lengkap jalan-jalan saya ke Jakarta tanpa mampir ke wilayah unik di bilangan Glodok ini.

Kali ini saya mencobai dua makanan. Keduanya ada di gang penuh makanan bernama Pancoran. Jangan salah dengan daerah bernama sama di daerah Jakarta Selatan. Yang ini ada di wilayah Kota. Dekat sekali dengan pusat pertokoan Glodok.

Bebek Sedap Wangi

Yang pertama adalah Bebek Sedap Wangi. Penjual makanan yang satu ini tidak neko-neko. Cukup berjualan a la gerobak dorong berbahan stainless steel, lalu nongkrong di salah satu titik gang ini. Yang mau makan di tempat, bisa duduk di meja dengan kursi plastik seadanya. Walau begitu rasa bebek Peking di sini memang enaknya bukan main. Selain itu, harganyapun murah meriah. Porsi 1/4 bebeknya bisa dinikmati berdua. Saat dihidangkan, bebek ini dilengkapi dengan potongan timun dan dua saus pencelup.

Soto Betawi Afung

Makanan kedua yang saya coba adalah soto Betawi Afung. Letaknya hanya sekitar lima langkah dari tempat makan sebelumnya. Di sini makanan berkuah khas Betawi ini disajikan hangat dengan pilihan isi: daging, babat, jeroan, atau campur. Aroma soto Betawi di tempat ini sungguh menggoda. Kuahnya kental, putih, gurih. Isinya (saya pilih yang campur) empuk dan nikmat di lidah. Sungguh pengalaman makan yang tidak mengecewakan!

Tulisan lain tentang wisata kuliner dan makanan, coba klik di sini.

Kulineran Bali: Warung Jepang

Warung Jepang

Setelah beratus kali lewat jalan Merta Agung di dekat lembaga pemasyarakatan Kerobokan, Bali, akhirnya saya mampir juga ke warung yang satu ini. Letaknya memang unik dan suasananya juga terlihat menarik (walau sepanjang yang saya tahu tidak pernah terlalu ramai pengunjung).

Warung Jepang

Warung Jepang menawarkan makanan prasmanan a la warung dengan bumbu-bumbu a la Jepang. Makanan di sini dipajang di rak pajang dan pengunjung tinggal menunjuk lauk mana yang diingini. Walau menurut tulisan yang ada dikatakan bahwa kebanyakan bumbu dan beberapa bahan makanan di warung ini diimpor langsung dari Jepang, tapi macam makanan yang bisa dipilih amatlah terbatas.

Warung Jepang

Harga lauk di warung ini mulai dari Rp. 8.000,- sampai Rp. 12.000,- an. Sedangkan untuk minuman teh a la Jepang, dijual dengan harga Rp. 19.000,-

Tidak ada yang istimewa dari makanan dan minuman di tempat ini.

Warung Jepang
Jl. Merta Agung
Padang Sambian Kaja
Denpasar – Bali
Telp: +62361-732-599

Kulineran Bali: Sushi Kawe

Sushi Kawe

Mau makan sushi tapi nggak mau bayar mahal? Sushi Kawe salah satu jawabannya! Kedai sushi di bilangan Jl. Pulau Kawe, Denpasar ini boleh dibilang cukup unik karena berada di tengah daerah yang padat dengan perumahan dan ruko-ruko yang kebanyakan berjualan bukan makanan.

Kedainya bernuansa hitam dengan meja dan kursi kayu a la restoran lokal. Di bagian depan ada beberapa meja dan kursi bagi yang ingin duduk di luar (walaupun jalanan berdebu dan panas di siang hari).  Juga terdapat hiasan air yang bila menyala (sayangnya tidak!) akan menimbulkan nuansa sejuk karena bunyi-bunyian air.

Special Set

Menu makanan yang ditawarkan Sushi Kawe cukup beragam. Mulai dari produk utama mereka yaitu sushi, sampai ke nasi goreng dan salad. Siang itu saya mencoba menu King Dragon Roll (Rp. 45.000,-) yang cukup mini dan rasanya tidak seenak yang saya bayangkan, Special Set (Rp. 45.000,-) dengan daging tuna yang tidak semenarik yang saya kira (tidak merah, agak menghitam, dan hambar), dan California Roll (Rp. 30.000,-) yang lagi-lagi tidak terlalu enak dengan ukuran yang juga cukup mini.

California Roll

Salah satu yang cukup mengganggu dari kedai ini adalah wasabinya yang kurang terasa “wasabi attack”-nya dan kurang juga rasa pedasnya. Sedangkan yang enak dari kedai ini adalah acar jahenya.

SUSHI KAWE
Jl. Pulau Kawe No. 19
Denpasar – Bali 40115
Telp: +62878-6185-6470

Saman

Path 2013-09-02 11_33

“Kenapa kamu pilih sastra Rusia UI?”
“Karena saya terinspirasi oleh Saman, Kak.”
“Apa itu Saman?”
“Novel tulisan Ayu Utami, Kak. Dia itu lulusan sastra Rusia UI.”

Lima belas tahun berlalu sejak pertama kali saya membaca novel sastra karya Ayu Utami itu. Lima belas tahun tentu bukan waktu yang sebentar, tapi saya masih begitu ingat bagaimana novel itu berhasil memberi saya semangat dan inspirasi untuk ikut UMPTN dan bersekolah di Universitas Indonesia.

Sekarang, saya kembali membaca novel itu, walau sebenarnya saya tidak suka dengan desain sampulnya yang kurang menggambarkan isi novel itu sendiri. Juga kurang sederhana.

Membaca kembali setelah lima belas tahun tentu rasanya sangat berbeda. Umur saya waktu itu masih setengah dari yang sekarang. Apa yang saya pahami waktu itu, tentu berbeda dengan apa yang saya pahami sekarang. Apa yang saya persepsikan waktu itu, tentu juga berbeda dengan apa yang saya persepsikan sekarang. Mungkin karena itulah maka saya merasa bahwa tulisan Ayu Utami ini lebih menghunjam dan lebih kaya makna.

Benar juga catatan penulis di akhir bagian buku cetakan baru ini. Bahwa bagi generasi sekarang yang tidak merasakan betapa represifnya pemerintahan di jaman Orde Baru (mungkin masih juga sampai sekarang di daerah-daerah tertentu) mungkin buku ini jadi kurang bermakna. Tapi bagi yang memahami masa-masa itu, maka tepuk tangan bagi penulis yang berani menulis hal-hal seperti yang ada di novel tersebut.

Bagi saya sendiri, Saman tetap saja jadi inspirasi.

Killing Season: pertarungan dua veteran cengeng

Killing Season

Film ini berkisah tentang dua veteran perang Bosnia yang diperankan oleh dua bintang film tenar: Robert De Niro sebagai Benjamin Ford, seorang tentara Amerika dan John Travolta sebagai Emil Kovac, seorang pejuang Serbia.

Film dibuka dengan kilas balik adegan perang di Bosnia hingga saat Ford mengeksekusi Kovac dengan cara menembak bagian belakang lehernya dari jarak yang sangat dekat. Kemudian berlanjut dengan adegan di masa kini ketika Kovac yang ternyata selamat dari eksekusi tersebut berhasil mendapatkan data-data tentara Amerika yang waktu itu mengeksekusi dia dan teman-temannya.

Dikisahkan bahwa setelah pensiun, Ford tinggal sendirian di hutan. Kovac kemudian mengejarnya. Pertemuan mereka terjadi saat mobil Ford mendadak mogok dan Kovac yang sedang menunggu di hutan membantu memperbaikinya (pertemuan yang romantis untuk dua orang veteran perang).

Cerita berlanjut hingga Kovac akhirnya membuka penyamarannya dan terang-terangan memburu Ford untuk disiksa dan dibunuh. Dalam bagian ini, begitu banyak adegan-adegan di mana daging dan darah dipertontonkan dengan vulgar. Baik Ford maupun Kovac masing-masing menerima bagiannya dalam mempertontonkan luka-luka yang membuat penonton merinding. Adegan-adegan dalam bagian inipun selain menegangkan juga membawa senyum karena kedua veteran perang ini begitu kuat dan tidak kunjung meninggal walau luka dan siksaan sudah diterima sedemikian rupa.

Akhir film lebih romantis lagi (baca: cengeng). Ford akhirnya memegang kendali. Kovac lagi-lagi berada dalam posisi siap dieksekusi. Namun kecengenganpun memuncak. Akhirnya, film berakhir bahagia.

Bagi saya, film ini benar-benar tidak ada isinya. Hanya sekedar ketegangan saat melihat darah dan daging dipertontonkan dengan vulgar. Sisanya, hanya kecengengan.

Bates Motel (Season 1)

Bates Motel

Seperti dapat ditebak, serial TV ini merupakan prequel kontemporer dari film terkenal “Psyco” yang rilis tahun 1960-an dengan sutradara yang tak kalah terkenal, Alfred Hitchcock. Dikatakan kontemporer karena walaupun menceritakan kisah yang terjadi sebelum kejadian dalam film, namun latar belakang serta latar waktu yang dipergunakan adalah dalam masa sekarang atau modern.

Serial TV yang resmi dirilis tanggal 18 Maret 2013 ini bercerita tentang kehidupan Norman Bates dan ibunya Norma yang tinggal di sebuah kota bernama White Pine Bay di Oregon (berbeda dengan yang ada dalam film Psyco, yaitu bahwa mereka tinggal di Fairvale, California). Pada awal cerita dikisahkan bahwa Norma mengajak Norman untuk memulai hidup baru di kota itu dengan membeli sebuah motel yang kemudian diberi nama “Bates Motel”.

Dalam perjalanannya, begitu banyak kisah yang terjadi di kota kecil itu. Sebagian besarnya tentu berkait dengan Bates Motel atau Seafairer Motel (nama lama motel tersebut). Kisah-kisah tersebut pada awalnya bergerak sangat lamban hingga berkesan membosankan. Namun kemudian menjadi lebih menarik setelah salah satu karakter polisi dalam serial tersebut tewas.

Yang menarik dari serial ini adalah bahwa penonton diajak untuk memahami bagaimana karakter tokoh Norman Bates terbentuk. Dalam film Psyco, Norman hanya digambarkan sebagai anak yang didominasi oleh ibunya, tanpa penjelasan apa-apa. Penonton dipaksa memahami begitu saja mengapa Norman kemudian membunuh korban-korbannya, mengawetkan jasad ibunya, dan terlihat begitu aneh serta canggung ketika berhadapan dengan orang lain. Tentu saja film tidak punya banyak waktu untuk menjelaskan hal ini.

Nah, serial TV ini punya banyak waktu untuk menjelaskannya. Penjelasan itupun dikemas secara sangat menarik oleh Carlton Cuse, Kerry Ehrin, dan Anthony Capriano.

Secara keseluruhan season 1 serial ini masuk kategori wajib tonton. Freddie Highmore benar-benar mampu membawakan karakter remaja canggung yang berbeda dengan remaja pada umumnya. Vera Farmiga juga sangat sukses membawakan peran Norma dengan kadang-kadang membuat penonton tersenyum walau karakter tersebut sangat kuat dan mendominasi.